INKAI MALUKU

"Kepalan dipergunakan sebagai jalan terakhir dimana kemanusiaan dan keadilan tidak dapat mengatasi.. Apabila kepalan dipergunakan dengan bebas tanpa pertimbangan,maka yang mempergunakannya akan kehilangan harga diri dihadapan orang lain.." (Gichin Funakoshi)

Selasa, 15 Desember 2009

Menembus Benteng


Bagi Anda yang yang fokus berlatih kata tentu tidak asing Bassai Dai. Kata ini mempunyai banyak versi dan empat besar aliran karate di Jepang – Shoto, Wado, Goju, Shito – mempunyai versi yang berbeda satu sama lain. Berdasarkan huruf kanjinya kata ini mempunyai makna menembus benteng, namun ada juga yang mengartikan mengalahkan lawan dengan mencari titik lemahnya. Mengapa bahasan kali ini mengambil Bassai Dai, tidak mengambil kata lain yang punya tingkatan kesulitan lebih tinggi ? Ternyata, Bassai Dai adalah kata yang mempunyai nilai historis yang unik.

Bassai Dai nama aslinya adalah Passai. Sedangkan asalnya kata ini tidak begitu jelas. Sama sulitnya dengan mencari tahu kebenaran sejarah dari karate itu sendiri yang pada akhirnya kita harus percaya pada cerita dan legenda. Namun ada beberapa teori yang menyatakan bahwa Bassai Dai bersumber dari kungfu Cina Tinju Singa (begitu kira-kira dalam bahasa Indonesia) yang terlihat dari teknik tangan terbuka dan teknik menjejak lantai. Sementara sumber lain menyatakan kata ini berasal dari kungfu Cina Tinju Macan Tutul yang tampak dari gerakan awal kata ini yaitu serangan dengan kuda-kuda menyilang. Nama singa dan macan tutul sendiri dalam dialek Mandarin adalah “Baoshi”, sementara dalam dialek Fuzhou diucapkan “Baasai”, sedang dalam dialek Quanzhou diucapkan dengan “Pausai”.

Di Okinawa sendiri perubahan dari Passai ini terlihat dari versi yang diperkenalkan oleh Sokon Matsumura – yang dipercaya sebagai tokoh sentral dari semua aliran karate saat ini, sekaligus yang memperkenalkan kata ini dengan Passai – dengan Oyadomori no Passai (setelah ahli karate Kokan Oyadomari memberi nama kata ini) dengan versi modifikasi yang diperkenalkan oleh Itosu yang juga guru dari Funakoshi ketika memperkenalkan karate ke sekolah-sekolah umum.

Versi Masumura terlihat begitu kental dengan teknik Cina sementara milik Oyadomari telah “diOkinawakan”, sedang milik Itosu adalah modifikasi dari keduanya. Termasuk munculnya Bassai Sho yang (diduga) merupakan hasil modifikasi Itosu. Saat membawa karate ke Jepang Gichin Funakoshi juga mengajarkan Bassai Dai dan Sho.

Orang-orang Okinawa sendiri tidak mempunyai definisi yang pasti dari Passai. Di kemudian hari saat Funakoshi mengubah nama kata Shotokan sebagai bentuk modernisasi karate, barulah kata ini mempunyai arti nama yang jelas berdasarkan huruf kanjinya. Makna “benteng” dan “menyingkirkan penghalang” muncul dari huruf kanji Bassai. Namun begitu secara keseluruhan, bentuk kata Bassai milik Shotokan tidak menunjukkan hubungan langsung dengan bentuk aslinya.

Fakta unik, tiga pukulan yama tsuki sebelum akhir kata ini membentuk mirip huruf kanji “gunung”. Hal ini sebenarnya biasa saja mengingat kata Shotokan yang lain seperti Hangetsu dan Jitte juga memuat posisi tubuh yang membentuk huruf kanji ini. Dan kata Shotokan jika diteliti lebih jauh dari embusennya membentuk huruf kanji juga. Contoh lain adalah Jion yang jika dilihat membentuk huruf kanji Budha. Dan memang Jion ada yang mengartikan nama biksu Budha atau nama kuil Budha (Bahkan di Jepang juga festival dengan nama Jion).

Shotokan saat ini melatih dua versi yaitu Dai dan Sho. Versi Bassai Sho lebih pendek dari versi Dai. Itosu memodifikasi kata Passai dan menghasilkan versi Sho. Yang lebih membingungkan lagi bahkan Bassai Sho ditulis sama dengan huruf Cina Ba Ji Xiao yang merupakan bagian dari Ba Ji Da (dari aliran kungfu Ba Ji Ch’uan). Jadi mungkinkan kedua kata ini sejak awalnya sudah berpasangan, dan bukan Itosu yang memodifikasinya ? tampaknya akan tetap menjadi misteri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar