INKAI MALUKU

"Kepalan dipergunakan sebagai jalan terakhir dimana kemanusiaan dan keadilan tidak dapat mengatasi.. Apabila kepalan dipergunakan dengan bebas tanpa pertimbangan,maka yang mempergunakannya akan kehilangan harga diri dihadapan orang lain.." (Gichin Funakoshi)

Kamis, 24 Desember 2009

Istilah dalam Karate

Istilah yang sifatnya umum :

Istilah Umum

Shoto

Nama yang diberikan Gichin Funakoshi, kumpulan cemara

Kan

Ruang, balai utama

Karate

Tangan kosong

Karateka

Orang yang berlatih karate

Sensei

Guru

Sempai

Senior

Kohai

Yunior

Kyu

Peringkat (dibawah sabuk hitam)

Dan

Peringkat (sabuk hitam)

Gi

Seragam

Obi

Sabuk

Do

Jalan, cara

Budo

Jalan peperangan, cara bertarung

Bushido

Jalan pendekar

Zanshin

Sikap tenang dan waspada

Kime

Fokus, konsentrasi

Osu

Ungkapan terima kasih, menunjukkan rasa hormat

Kihon

Dasar

Kumite

Bertanding

Kata

Bentuk resmi, kembangan

Dachi

Kuda-kuda

Tsuki

Pukulan

Geri

Tendangan

Uke

Tangkisan

Waza

Teknik

Kamae

Posisi badan

Sen

Inisiatif

Sundome

Menghentikan teknik tepat kira-kira 3 cm sebelum sasaran.

Onegai shimasu

“Aku memintamu berlatih denganku”

.
.
.
Istilah dalam hal perintah :

Perintah

Narande

Berbaris

Seiretsu

Berbaris sesuai urutan peringkat sabuk

Yoi

Siap

Yasume

Istirahat

Yame

Berhenti

Otaigai ni

Berhadapan satu sama lain

Sensei ni

Menghadap ke guru

Shomen ni

Menghadap ke depan

Rei

Membungkuk memberi hormat

Seiza

Duduk bermeditasi

Age-te

Tangan diatas (posisi menutupi)

Mawatte

Berputar

Hajime

Mulai

.
.
.
Istilah yang menunjukan arah, sasaran, target :

Arah

Mae

Depan

Ushiro

Belakang

Yoko

Samping

Tate

Vertikal

Mawashi

Memutar

Jodan

Sasaran atas

Chudan

Sasaran tengah

Gedan

Sasaran bawah

Migi

Kanan

Hidari

Kiri

Tobi

Lompat

Gyaku

Kebalikan

Age

Atas

Soto

Keluar

Sokumen

Samping

Uchi

Kedalam

Otoshi

Menjatuhkan diri

.
.
.
Istilah yang menunjukan bagian badan :

Bagian-bagian badan

Ken

Tinju

Tate Ken

Tinju vertikal

Ippo ken

Ujung jari telunjuk

Kaishu

Tangan terbuka

Tekubi

Pergelangan

Teisho

Telapak tangan

Ude

Lengan depan

Empi

Siku

Ashi

Kaki

Ashikubi

Mata kaki

Hiza

Lutut

Ensho

Bagian belakang tumit

Teisoku

Bagian bawah kaki

Kakato

Tumit kaki

Sokuto

Pisau kaki

Tsumasaki

Ujung jari kaki

Atama

Kepala

Wan

Lengan

Naiwan

Lengan belakang

Jiku ashi

Poros kaki

.
.
.
Istilah yang menunjukan warna :

Warna

Aka

Merah

Shiro

Putih

Ao

Biru

Murasaki

Ungu

Kuro

Hitam

Ki

Kuning

Midori

Hijau

Cha

Coklat

.
.
.
Istilah yang menunjukan angka :

Angka

Ichi

Satu

Ni

Dua

San

Tiga

Shi

Empat

Go

Lima

Roku

Enam

Shichi

Tujuh

Hachi

Delapan

Ku

Sembilan

Ju

Sepuluh

Niju

Dua puluh

Niju go

Dua puluh lima

Hyaku

Seratus

Ippon

Pertama

Yon

Keempat

Gohon

Kelima

Selengkapnya...

Makna Sabuk dalam Karate

Karate merupakan olahraga beladiri yang mempunyai ciri khas yang bisa dibedakan dari jenis olahraga beladiri lainnya seperti silat, judo, dan lainnya. Perbedaan itu bisa dilihat secara filosofi, teknik gerakan, dan juga atribut yang dipergunakan selama proses latihan, pertandingan maupun ujian. Salah satu perbedaan dalam atribut ini yakni peralatan dan perlengkapan dalam yang dipergunakan seperti baju dan sabuk. Meski antara karate dan judo ada kesamaan sistem peringkat yang dibedakan berdasarkan warna sabuk, karena karate meniru sistem judo dalam sistem pemeringkatan ini sebagaimana yang diakui oleh Master Gichin Funakoshi.

Dalam karate, warna sabuk (obi) membedakan satu karateka dengan karateka lain. Karateka dasar dimulai dari sabuk putih, sabuk yang digunakan untuk pemula dalam memulai belajar karate. Secara filosofis, perbedaan sabuk karate ini untuk menunjukkan bahwa karateka harus menjunjung tinggi sikap saling menghomati satu sama lain. Karateka yang baru belajar atau pemula harus menghormati karateka yang sudah lebih tinggi sabuk yang diraihnya, meski secara umur lebih muda. Pun karateka yang sudah meraih sabuk lebih tinggi dari yang lainnya, wajib untuk menghargai dan menghormati pula karateka yang baru belajar. Sikap ini sejalan dengan prinsip karate yang dijelaskan oleh Gichin Funakoshi bahwa karate diawali dan diakhiri oleh sikap menghormati dan saling menghargai.
Obi sebagai sistem pemeringkatan dengan menggunakan ukuran kyu (yang kadang berbeda dari satu perguruan dan perguruan lain) merupakan bentuk representasi dari karate dalam menunjukkan bahwa karateka harus berproses dalam semua tujuan yang diinginkan. Untuk menjadi sekedar sabuk hitam, harus mulai belajar dasar. Untuk mengejar nilai kebaikan melalui perolehan sabuk hitam, harus belajar dari dasar. Kecuali untuk tokoh yang memberikan kontribusi dan dukungan nyata terhadap karate mereka bisa mendapat penghargaan sabuk hitam kehormatan. Dengan demikian, perbedaan sabuk ini selain sebagai pelajaran bagi karateka untuk terus belajar dan berproses dalam meraih tujuan, juga saling menghormati dan menghargai sesama karateka adalah kemutlakan untuk dijalani.
Sabuk karate sendiri terdiri dari 6 warna sabuk yang diawali dari sabuk putih dan yang tinggi sabuk hitam. Arti dari warna sabuk tersebut yakni:

Sabuk putih. Sabuk putih (kyu 10) : melambangkan kemurnian dan kesucian. Kemurnian dan kesucian ini merupakan kondisi dasar dari pemula untuk menerima dan mengolah hasil latihan dari guru masing-masing. Artinya berkembang atau tidaknya karateka ini tergantung dari apa yang diberikan oleh senpai atau sensei mereka. Kemudian, setelah materi atau nilai karate telah disampaikan sesuai dengan apa yang seharusnya, selanjutnya tanggung jawab ada pada masing-masing individu.

Sabuk kuning (kyu 8). Tingkatan kedua ini melambangkan warna matahari yang diibaratkan bahwa karateka telah melihat “hari baru” dimana dia telah mampu memahami semangat karate, berkembang dalam karakter kepribadiannya dan juga teknik yang telah dipelajari. Sabuk kuning juga merupakan tahapan terakhir dari seorang “raw beginner” dan biasanya sudah mulai belajar tahapan-tahapan gerakan kumite bahkan ada juga yg mulai turun di suatu turnamen

Sabuk hijau (kyu 6). Sabuk ini merepresentasikan warna rumput dan pepohonan. Pemegang sabuk hijau ini sudah harus mampu memahami dan menggali lebih dalam lagi segala sesuatu yang berkaitan dengan karate seiring dengan bertumbuhnya semangat dan teknik gerakan yang sudah dikuasainya. Sifat dari warna hijau ini adalah pertumbuhan dan harmoni. Dengan demikian seorang karateka sabuk hijau diharapkan dalam proses pertumbuhannya mulai bisa memberikan harmoni dan keseimbangan bagi lingkungan.

Sabuk biru (kyu 4). Warna sabuk ini melambangkan samudera dan langit. Artinya karateka harus mempunyai semangat luas seperti angkasa dan sedalam samudera. Karateka harus sudah mampu memulai berani untuk menghadapi tantangan yang dihadapinya dengan semangat tinggi dan berfikir bahwa proses latihan adalah sesuatu yang menyenangkan dan bisa merasakan manfaat yang didapatkan. Karateka harus sudah bisa mengontrol emosi dan berdisiplin.

Sabuk coklat (kyu 3-1). Warna sabuk ini dilambangkan dengan tanah. Sifat warna ini adalah stabilitas dan bobot. Artinya seorang karateka pemegang sabuk coklat mulai dari tingkatan kyu 3 sampai 1 harus bisa memberikan kestabilan sikap, kemampuan yang lebih dari pemegang sabuk di bawahnya, dan juga sikap melindungi bagi junior-juniornya. Selain itu, sikap yang harus dimiliki adalah sikap menjejak bumi (down to earth) dan rendah hati pada sesama.

Sabuk hitam (dan). Warna hitam sendiri melambangkan keteguhan dan sikap kepercayaan diri yang didasari pada nilai kebaikan universal. Warna sabuk ini menjadi idaman bagi setiap karateka untuk mendapatkannya. Namun, di balik semua prestise sabuk hitam terdapat tanggung jawab besar dari karateka. Pada tahap ini, pemegang sabuk hitam mulai dari Dan 1 sampai selanjutnya sebenarnya baru memasuki tahap untuk mendalami karate yang lebih mendalam. Teknik maupun penguasaan makna hakiki dari kebaikan nilai karate sudah harus menjadi bagian dari karateka. (penggambaran Gichin Funakohsi).


Dalam sebagian perguruan karate di Indonesia, sistem peringkat selain sabuk yakni kyu, ada beberapa perbedaan yakni ketika sabuk biru (kyu 4) mengikuti ujian sabuk coklat, penurunan kyu berbeda. Ada yang turun kyu 0,5 derajat menjadi kyu 3,5. Di perguruan lain ada yang langsung menjadi kyu 3. Dengan demikian, bagi sebagian perguruan karate di Indonesia ada yang menerapkan ujian untuk sabuk coklat sebanyak 4 kali (2 tahun atau 4 semester) sampai mendapat kyu 1. Namun bagi sebagian yang lain, bisa hanya sampai 1,5 tahun atau 3 semester.Maka, dalam karate selain sebagai pembeda antara karateka yang baru belajar dengan yang sudah lama menekuni karate, sabuk dipergunakan lebih luas dari itu yakni sebagai proses pendorong bagi karate untuk terus giat belajar dan berlatih. Selain itu juga, bagaimana perbedaan sabuk ini justru menjadi dorongan bagi semua karateka untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lain.

Selengkapnya...